Ginseng Korea rupanya memiliki kandungan ginsenosides yang lebih banyak ketimbang ginseng yang berasal dari Amerika dan China.
Tingkat ginsenosides pada ginseng Korea yaitu 38, sedangkan pada ginseng Amerika hanya 14 dan ginseng China 15.
Menurut Profesor dari Sungkyunkwan University DongKwon Rhee, kandungan ginsenosides tersebut memiliki struktur kimia yang sama dengan hormon manusia.
Ginsenosides dapat mengendalikan aktivitas hormon dan menstabilkan kelangsungan saraf manusia.
Ginseng Korea justru akan merangsang aliran darah dan metabolisme tubuh. Penelitian lain memperlihatkan ginseng merah Korea dapat meningkatkan ingatan yang berkurang karena proses penuaan.
“Contohnya pada mereka yang menderita Alzheimer,” kata Sungkyunkwan di Jakarta belum lama ini.
Ginseng Korea pada dasarnya terbagi atas ginseng segar, ginseng putih, dan ginseng merah.
Ginseng segar berarti ginseng yang belum diproses sama sekali. Ginseng putih adalah ginseng yang kulitnya sudah dikupas kemudian dikeringkan.
Sementara itu ginseng merah adalah ginseng yang sudah dikukus dan dikeringkan, dan mampu bertahan selama sekitar 10 tahun.
Ginseng merah Korea masih memiliki berbagai manfaat selain yang sudah disebutkan.
Peneliti Kementerian Kesehatan Jusuf Kristianto menjelaskan manfaatnya mulai dari meningkatkan sistem imun, membantu memulih kan penderita AIDS dari kelelahan, meningkatkan energi dan stamina, mendukung kesehatan paru-paru, mendukung fungsi limfa dan lambung, memperbaiki kondisi kulit, hingga detoksifikasi.
“Penelitian di Amerika juga membuktikan ginseng merangsang produksi insulin,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya akan berupaya mengembangkan penelitian tentang khasiat ginseng agar mendapatkan bukti yang kuat.
“Harus ada uji coba di pasien,” katanya.
Ginseng, lanjutnya, memiliki potensi menjadi bagian dari complimentary medicine. Complimentary medicine menggunakan dasar ilmu kedokteran, tetapi dalam perjalannya pasien juga didampingi pengobatan herbal.
Secara umum, pengobatan alternatif menggunakan obat herbal memang semakin populer.
Apalagi beberapa penyakit seperti diabetes mellitus dan kanker membutuhkan pengobatan yang panjang dan sangat mahal jika memanfaatkan pengobatan ala Barat.
Namun, Direktur Pusat Penelitian Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tepy Usia mengingatkan bahwa penelitian yang terbaik adalah penelitian terhadap manusia.
Terkait ginseng sebagai obat herbal, jika penelitian baru dilaksanakan sebatas pada hewan, belum bisa menjadi ‘pegangan yang kuat’.
“Hewan dan manusia berbeda,” katanya.
Baca juga:
Fakta Makanan Pembangkit Gairah
5 Cara Lain untuk Capai Orgasme
Tips Sehat Mencegah Suami Selingkuh
"Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan" EmoticonEmoticon